Ubiquitous Learning and Instructional Technologies MOOC’s Updates
Bias Gender dalam Kecerdasan Buatan
Teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin mempengaruhi kehidupan manusia, mulai dari pencarian informasi hingga pengambilan keputusan dalam berbagai sektor seperti rekrutmen, kesehatan, dan keuangan. Namun, AI sering kali mereproduksi dan memperkuat bias gender yang ada dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena data yang digunakan untuk melatih AI sering kali mencerminkan ketidaksetaraan historis yang sudah ada.
Salah satu contoh nyata dari bias gender dalam AI terjadi pada sistem rekrutmen otomatis yang dikembangkan oleh Amazon pada tahun 2014. Sistem ini dirancang untuk menyaring pelamar kerja berdasarkan riwayat lamaran selama sepuluh tahun sebelumnya. Namun, karena industri teknologi didominasi oleh laki-laki, AI tersebut belajar untuk lebih menyukai kandidat laki-laki dan mendiskriminasi pelamar perempuan. Akibatnya, sistem secara otomatis menurunkan peringkat kandidat yang mencantumkan kata-kata seperti "women's chess club" atau lulusan dari perguruan tinggi khusus perempuan. Akhirnya, sistem ini dihentikan setelah ditemukan memiliki bias gender yang kuat
Implikasi
- Diskriminasi di Dunia Kerja
- Reproduksi Bias dalam Layanan Publik
- Kurangnya Representasi dalam Pengembangan Teknologi
Bias gender dalam AI menunjukkan bagaimana teknologi bukanlah entitas netral, melainkan dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya tempat ia dikembangkan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif, seperti memastikan keberagaman dalam tim pengembang AI, menggunakan data yang lebih representatif, dan menerapkan audit etika dalam sistem AI sebelum digunakan secara luas.